CAPAIAN MAPEL BAHASA BALI
3.1.10 CAPAIAN MAPEL BAHASA BALI
BACA JUGA
PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM MERDEKA
Rasional
Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang diajarkan di sekolah, seperti survey tahun 1999 (Rusyana dalam Rosidi,ed., 1999). Maka sejak dikeluarkannya Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, Sastra Bali dan Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali telah memberi harapan baru bagi upaya pelestarian Bahasa Bali. Seperti kita ketahui bersama karena efek dari pengaruh moderenisasi, teknologi dan globalisasi maka telah terjadi penggerusan budaya Bali termasuk di dalamnya Bahasa Bali. Maka mari lestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali untuk mengembalikan posisi Bali sebagai Padma Bhuana, sebagai pusat peradaban dunia (Pemprov Bali, 2019).
Kepedulian tokoh dan pakar Bahasa Bali yang sangat besar dalam rangka meningkatkan peran dari identitas Budaya Bali agar berkembang searah dan sejajar dengan perkembangan wujud kebudayaan yang berubah pesat di era global ini. Maka dari itu implementasi kebijakan hukum dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan melalui pengajaran di sekolah dan melembagakan pengunaan Bahasa Bali pada lembaga formal dan non formal sangat tepat untuk dilakukan. Hal itu sangat berpotensi besar dalam upaya mempertahakan nilai-nilai adiluhung kearifan lokal guna membangun peradaban Bali yang lebih kokoh di masa depan. (Semadi, 2019).
Lebih lanjut Semadi (2019) menjelaskan, pengajaran Bahasa Bali dalam rangka menerjemahkan tugasnya sebagai fungsi pendidikan diarahkan kepada tiga fungsi yaitu:
1. Fungsi Komunikasi
Pengajaran Bahasa Bali yang berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mengarahkan siswa untuk dapat menggunakan Bahasa Bali secara baik dan benar untuk tujuan komunikasi.
2. Fungsi Edukasi
Melalui pengajaran Bahasa Bali yang memiliki karakteristik anggah-ungguh basa sebagai sopan santun ala Bali sehingga dalam berkomunikasi sekaligus menananamkan nilai etika berbahasa dalam pergaulan sebagai sebuah karakter yang selanjutnya akan memberi identitas penuturnya secara individual kolektif.
3. Fungsi Kultural
Melalui pengajaran Bahasa Bali yang merupakan hasil dari budaya adiluhung warisan leluhur Bali sehingga dapat dilestarikan dan dibudayakan secara lebih luas di masa yang akan datang untuk membangun identitas kuat sebagai filter dari serangan dampak negatif dari kemajuan zaman.
Menurut Zuchdi dalam Semadi (2019) menyebutkan bahwa pemodelan pembelajaran bahasa daerah dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Dalam pembelajaran bahasa daerah perlu adanya buku pedoman penajaran bahasa mulai dari tingkat PAUD hingga penrguruan tinggi yang menggunakan pendekatan komunikatif
- Strategi pembelajaran bahasa daerah memiliki ciri sebagai berikut:
- Seni permainan untuk meningkatkan motivasi instrinsik siswa
- Didominasi bentuk praktik untuk mengaktifkan siswa
- Menempatkan siswa sebagai pusat peserta didik
- Model pembelajaran yang menyenangkan
Melihat uraian di atas, dan membandingkannya dengan kondisi pembelajaran Bahasa Bali yang terjadi saat ini yang masih lebih mengedepankan aspek pengetahuan dari pada pemerolehan keterampilan dan skill kebahasaan sebagaimana bahasa yang memiliki fungsi komunikatif. Maka pendapat Zuhcdi di atas sangat layak diterapkan pada pembelajaran tingkat sekolah dasar. Hal ini juga diperkuat dengan hadirnya Kurikulum Merdeka dan Program Integrasi Panguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila yang harus diwujudkan dalam pembelajaran untuk semata-mata pembelajaran benar-benar berpusat pada penumbuhan skill dan karakter siswa bukan hanya aspek pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas secara keilmuan berdasarkan kajian ahli bahasa dan rekomendasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknoligi melalui penerapan Kurikulum Merdeka, maka bahan ajar yang selama ini digunakan di sekolah, sudah sepantasnya diperbaiki. Bahan ajar yang selama ini digunakan adalah lebih mengedepankan pengetahuan siswa dari aspek kebahasaan sehingga, yang diperparah lagi ketika disajikan oleh guru dengan strategi penugasan melalui soal-soal koginitif tingkat rendah. Sudah bukan rahasia lagi ketika guru memberikan tugas pada siswa pada mata pelajaran Bahasa Bali, lebih banyak berbentuk soal hafalan dengan proses pembelajaran yang minim aktivitas. Siswa ketika diberikan soal seperti itu, maka yang dilakukan adalah mencari tahu jawabannya, melalui bertanya, membaca dan mengeksplor jawaban dengan gadget. Maka keterampilan yang diperoleh siswa adalah keterampilan menjawab soal, bukan keterampilan berbahasa Bali.
0 Comments