PENDAMPINGAN INDIVIDU CALON GURU PENGGERAK

Published by TeacherCreativeCorner on

Pendampingan Individu Calon Guru Penggerak di SD Negeri 3 Budakeling

Pengantar

Calon Guru Penggerak yang menjadi keluaran dari program guru penggerak yang digagas oleh Kemendikburistek merupakan peluang dalam rangka memajukan pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak, melalui program merdeka belajar sebagai prinsip dasar dari kurikulum merdeka yang akan digerakkan oleh guru penggerak. Melalui program ini, telah terbit secercah harapan dalam rangka memajukan pendidikan Indonesia yang selama ini telah tertinggal 28 tahun seperti dikemukakan oleh salah satu lembaga riset terkemuka. 

Pengajar praktik merupakan salah satu elemen dari guru pengggerak yang bertugas mendampingi guru penggerak dalam belajar. Maka sekali lagi mutu guru penggerak yang diharapkan mampu menggerakkan dan memerdekakan pendidikan di Indonesia menempati peranan yang sangat penting. Keterlibatan pengajar praktik sangat menentukan warna dan mutu dari guru penggerak itu sendiri. Saya sebagai pengajar praktik saya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk terlibat dalam program ini. Selain mendapatkan kesempatan belajar secara teori pada saat pelatihan, juga mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman dari para CGP pada saat pendampingan. 

Sebagai pengajar praktik, saya melihat bahwa kegiatan pendampingan untuk mengembangkan guru penggerak, sekaligus juga berdampak pada berkembangnya kapasitas diri. Hal ini terjadi karena pada setiap proses pendampingan selalu mendapatkan pelajaran berharga belajar dari pengalaman para CGP dalam membuat aksi-aksi nyata.  Pada beberapa kali proses pendampingan saya merasakan banyak mendapatkan banyak inspirasi dari ide original yang mereka hasilkan, Pada beberapa kasus bahkan saya kembangkan di sekolah sendiri dengan sedikit modifikasi. 

Maka merupakan sesuatu yang benar sekali, sebagaimana halnya salah satu prinsip relasi antara guru penggerak dengan pengajar praktiknya adalah sebagai teman belajar  Bahkan kalau dilihat dari durasi belajar, para CGP jauh lebih intensif dan panjang, kira-kira 9 bulan. Sementara pengajar praktik mendapatkan kesempatan belajar hanya 3 minggu, selebihnya belajar bersama dengan para calon guru penggerak. Maka menentukan pilihan sebagai pengajar praktik merupakan keputusan yang sangat tepat.

Baca Juga

KOMUINITAS PRAKTISI DAN DISIPLIN POSITIF

AKSI SEKOLAH YANG BERPIHAK PADA MURID

KOMUNITAS PRAKTISI DAN DISIPLIN POSITIF DI SMA NEGERI 2 AMLAPURA

PROJECT PENGUATAN KARAKTER PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA TAWUR AGUNG KESANGA DAN NYEPI

 

Pendampingan Individu – 2 di SD 3 Budakeling.

Pendampingan Individu Calon Guru Penggerak adalah salah satu tugas saya sebagai pengajar praktik guru penggerak untuk membersamai calon guru penggerak untuk belajar dan berkembang dalam memerdekakan pendidikan Indonesia. Jumat, 11 Maret 2022, adalah jadwal saya berkunjung ke salah satu CGP yang dulunya bertugas di SD Negeri 3 Budakeling, tetapi saat ini telah mendapat kepercayaan sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2 Bhuana Giri Bebandem Karangasem. 

Sebelum melakukan pendampingan saya berkesempatan menghubungi fasilitator Calon Guru Penggerak asal Jawa Timur Ibu Mintarsih, terkait beberapa permasalahan Calon Guru Penggerak. Salah satunya adalah calon guru penggerak atas nama Bapak I Wayan Surata yang beberapa bulan lalu telah diangkat menjadi kepala sekolah di SD Negeri 2 Bhuana Giri Bebandem Karangasem. Sedikit saya ceritakan bahwa, telah banyak hal baik yang beliau lakukan di SD Negeri 3 Budakeling, dalam rangka mengembangkan aksi nyata menerapkan pendidikan yang memerdekakan sebagai implementasi ajaran Ki Hajar Dewantara. Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala sekolah SD Negeri 3 Budakeling, I Wayan Darta pada pendampingan sebelumnya,  yang menyatakan bahwa, beliau memiliki harapan yang sangat besar untuk memajukan sekolah terkait keberadaan salah satu CGP di sekolahnya. Reposisi guru memang harus dilakukan, dan hal ini telah memberikan peluang karir Bapak Surata, sekaligus di saat yang bersamaan terpaksa meninggalkan SD Negeri 3 Budakeling. Hal ini menjadi isi diskusi saya dengan Ibu Mintarsih sebagai fasilitator guru penggerak. 

Perasaan bingung sempat memenuhi kepala saya dalam memikirkan hal ini, tetapi berkat koordinasi yang intensif, maka jalan keluarnya adalah Bapak I Wayan Surata untuk sementara tetap mengemukakan fakta-fakta baiknya dalam merancang aksi nyata di SD Negeri 3 Budakeling, sementara saat ini beliau telah bertugas di tempat baru yaitu  SD Negeri 2 Bhuana Giri. Maka kami pun sepakat untuk bertemu seperti biasa untuk berdiskusi di SD Negeri 3 Budakeling, sesuai jadwal yaitu Jumat, 11 Maret 2022 pukul 08,00 Wita. 

Setibanya saya di SD Negeri 3 Budakeling saya di sapa oleh Bapak I Wayan Darta dan mempersilahkan saya memasuki ruangan kantor yang saat itu telah menunggu Bapak I Wayan Surata. Saya pun mengulurkan tangan untuk mengucapkan selamat sekali lagi kepada beliau telah mendapatkan posisi baru sebagai kepala sekolah. Saat itu secara kebetulan di sekolah tersebut, juga hadir Bapak I Dewa Suta Temaja, salah seorang pengawas pembina Disdikpora Kabupaten Karangasem. Sehingga kami terlibat dalam diskusi sambil basa basi sebelum melanjutkan ke tahapan pendampingan, yang menggunakan strategi coaching. 

Selama dua jam lebih kami berdiskusi terkait kiat-kiat yang telah CGP ( I Wayan Surata) lakukan di SD Negeri 3 Budakeling dalam rangka mengimplementasikan program guru penggerak di sekolah tersebut. Ternyata telah banyak sekali beliau lakukan dan semuanya telah berdampak positif dan hal ini dikuatkan oleh mantan kepala sekolahnya, dan pengawas. Hal yang menarik perhatian saya adalah terkait istilah komunitas karakter, pohon karakter, kesepakatan kelas dan komunitas literasi dan seni berbasis budaya. Saya tertegun dan berpikir mendengarkan semua ulasan beliau yang benar-benar menyentuh sisi insting saya sebagai pengajar praktik. Kondisi psiko kognitif saya menjadi tidak stabil, ketika menerima informasi yang positif seperti itu, karena faktanya saat ini beliau tidak bertugas di sana lagi. 

CGP juga menyampaikan prestasi sekolah seperti Juara I Tingkat Kabupaten dalam Lomba Tri Sandya oleh Intan dan Midi, Juara PKB Seni Tabuh Gender, Juara PKB Mekidung Sekar Alit, Aktivitas Ekstrakurikuler Tari Rejang, dan Juara Mestwa Bali. Kesemuanya itu dapat terjadi karena intensifnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah itu, yang senantiasa disinkronkan dengan perayaan event-event budaya di Desa Budakeling yang saat ini didaulat sebagai Duta Desa Budaya Kabupaten Karangasem. Sekolah telah mampu mengambil celah untuk berperan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa yang sesuai dengan konteks kearifan lokal yaitu seni budaya sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan masyarakat secara aktif. Semua itu dapat diwujudkan karena peranan dari Bapak I Wayan Surata, yang sesungguhnya telah bergerak secara berkolaborasi sebelum mengikuti program guru penggerak ini. 

Lalu apa selanjutnya yang akan terjadi ketika I Wayan Surata mesti hengkang ke sekolah lain? Sementara banyak program-programnya masih sedang berjalan di sekolah yang ditinggalkannya tersebut. Demikian pula bagaimana perasaan Bapak I Wayan Darta setelah ditinggalkan anak buah yang paling beliau andalkan tersebut? Ketika saya mengajukan pertanyaan itu, akhirnya Surata buka suara, bahwa beliau sesungguhnya sangat bersyukur telah ditempa olah kepemimpinan Bapak Wayan Darta yang selama ini telah membentuknya menjadi pejuang tangguh dalam pendidikan. Kepiawaian seorang Darta dalam memimpin sekolah sangat tercermin dari peibadinya yang tetap semangat dan berapi-api ketika berbicara masalah kemajuan sekolah. Tiada kata habis dalam kamus porfesionalnya, tiada kata berhenti untuk bekerja dan mengabdi selama masih mendapatkan kepercayaan untuk bertugas. 

Semangat kepala sekolah seperti I Wayan Darta dalam sekian kali saya bertemu dan berdiskusi dengan beliau sedikit banyak telah berpengaruh dengan pola pikir saya sebagai pengajar praktik. Hal senada juga disampaikan Surata di sela-sela diskusi coaching, yang saya lakukan hari itu. Surata menambahkan bahwa, hal yang paling beliau pikirkan adalah bagaimana strategi dalam mengembangkan sekolah dimana beliau bertugas saat ini. Melihat karakteristik sekolah yang sedikit banyak terdapat persamaan dan lokasi sekolah yang masih dekat dan satu gugus, sehingga beliau optimis dapat berbuat sesuatu paling tidak untuk mempertahankan capaian yang telah diraih SD Negeri 2 Bhuana Giri. Hal itu harus disesuaikan dengan kondisi sekolah yang memiliki potensi dan karakteristik yang memerlukan pendekatan tertentu dalam memberdayakannya. 

Gayanya yang berapi-api dan penuh semangat, dari sosok I Wayan Darta menyampaikan bahwa sangat berharap peran dari Wayan Surata yang sekarang menjadi rekan sejawatnya untuk selalu dapat berkomunikasi dan saling berkoordinasi sebagai teman sejawat segugus, dalam upaya berkolaborasi meningkatkan mutu pendidikan secara bersama-sama. Hal tersebut disambut baik oleh Surata yang tetap membutuhkan bimbingan dan masukan dari mantan atasannya di SD Negeri 3 Budakeling. Wayan Darta sangat berterimakasih kepada teman sejawatnya yang baru tersebut, dimana sebelumnya telah berinisiatif dalam mengembangkan ikon sekolah Bank Literasi dan Kelas Berbagi, sebagai sebuah strategi menggerakan sekolah. 

Saya sebagai pengajar praktik, dalam melaksanakan tugas pendampingan individu calon guru penggerak sangat beruntung bertemu dua sosok pemimpin yang sejalan dan selalu siap bersinergi mengambil peluang dari tantangan yang ada. Bagi orang lain, kehilangan sosok orang yang diandalkan dalam suatu pekerjaan bisa saja berdampak merugikan, tetapi justru dimaknai positif oleh kedua orang itu. Yang menarik dari diskusi hari itu adalah keduanya sepakat untuk senantiasa berkolaborasi dengan peran yang sedikit berbeda yang dalam hal ini sama-sama sebagai teman sejawat. Kedua tokoh ini sedikit banyak berpengaruh dengan pandangan saya pengajar praktik, bahwa ide mengambil peluang dari segenap tantangan masalah, ternyata bukan sebatas retorika, tetapi secara fakta dan realita memang benar adanya dan memang ada orang yang berhasil mengaktualisasikannya. Saya berharap semangat guru penggerak yaitu tergerak, bergerak dan menggerakkan, dapat menjadi landasan kebijakan Bapak I Wayan Surata dalam memimpin sekolah di tempat tugasnya yang baru. Demikian pula sepeninggal I Wayan Surata dari SD Negeri 3 Budakeling, tidak seketika meninggalkan dan membawa pergi semangat guru penggerak itu, tetapi justru hal itu bermakna dan membekas lama untuk mewarnai derap kemajuan SD Negeri 3 Budakeling. 


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: