HIDUP BERBAHAGIA MELALUI PROFIL PELAJAR PANCASILA

Published by TeacherCreativeCorner on

Pendahuluan

Hidup berbahagia adalah impian setiap orang. Menurut Maslow capaian tertinggi kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, atau secara sederhana penulis artikan sebagai hidup berbahagia. Sebelumnya penulis mengeksplore beberapa tulisan yang mengangkat topik tentang Teori Kebutuhan Maslow. Aktualisasi diri merupakan sebuah tahapan tertinggi dari teori kebutuhan ala Maslow seorang pakar psikologi dari Amerika Serikat. Teorinya ini diperoleh dari hasil studi panjang setelah beberapa kali melakukan observasi terhadap capaian dan karakter beberapa tokoh penting dunia seperti Albert Einstein. Tahapan Piramida Maslow dimulai dari 1) Kebutuhan Fisiologis seperti Sandang, Pangan dan Papan, 2) Kebutuhan akan rasa aman, 3) Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, 4) Kebutuhan untuk dihargai atau mendapat pengakuan, 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.

BACA JUGA

Beberapa ahli lain berpendapat bahwa, tahapan mencapai level tertinggi dari Piramida Maslow tidak harus dilakukan secara berjenjang, tetapi dalam situasi tertentu terjadi lompatan. Pencapaian level tertinggi tidak harus melalui salah satu tahapan sebelumnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa level tertinggi yaitu aktualisasi diri dapat diperoleh oleh mereka yang belum mendapat pengakuan atau bahkan cinta. Karena aktualisasi diri lebih kepada pemaknaan diri, yang membawa seseorang kepada kedewasaan berpikir untuk hidup berbahagia ketika dapat menghadirkan manfaat bagi orang lain. Artinya, seseorang akan bahagia karena telah membahagiakan dan mendatangkan manfaat bagi orang disekitarnya.

Implementasi Teori Maslow dalam dunia pendidikan, seiring dengan berkembang dan bangkitnya Ajaran Ki Hajar Dewantara kembali hangat didiskusikan. Bahkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang lama hilang kembali digadang-gadang menjadi landasan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Maslow berpendapat bahwa pencapaian tertinggi dalam upaya menusia memenuhi kebutuhannya adalah jika telah mencapai tataran aktualisasi diri. Aktualisasi diri menurut para ahli erat hubungannya dengan budaya berpikir positif untuk menyadari setiap kelemahan dan kelebihan diri yang diotimalkan untuk mencapai kebahagiaan diri/hidup berbahagia Kesadaran untuk selalu berupaya mengembangkan kemampuan diri sehingga mampu membentuk karakter mandiri, stabil dan dewasa merupakan ciri khas dari aktualisasi diri.

Upaya menyadari potensi diri, pada ranah pembelajaran adalah sesuai dengan model pendidikan yang saat ini sedang gencar dikembangkan di dunia pendidikan. Sehingga akhir-akhir ini sering kita mendengar tentang model pendidikan berdiferensiasi yang oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi diistilahkan sebagai Merdeka Belajar.  Hal pokok yang ingin diwujudkan oleh model pendekatan pendidikan seperti ini adalah mengembalikan siswa kepada kesadarannya pentingnya mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki.  Hanya dengan cara itulah, capaian tertinggi yaitu aktualisasi diri akan tercapai oleh siswa.  Melalui hal itu akan diperoleh siswa yang berkarakter mandiri, realistis, menghargai proses, menghargai segenap perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, pribadi yang menyenangkan, dapat menjadi solusi atas masalah yang  terjadi di lingkungan sosialnya.

Capaian aktualisasi diri pada siswa setelah mengikuti pendidikan, seperti diuraikan di atas merupakan harapan semua guru dan orang tua. Maka dari itu pemerintah melalui Kementarian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi mengistilahkan harapan karakter siswa sebagai generasi muda yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Elemen Profil Pelajar Pancasila dipilah selaras dengan pemikiran Maslow tentang aktualisasi diri yaitu 1) Bertaqwa dan berakhlak mulia, 2) Berkebhinekaan Global, 3) Gotong royong, 4) Mandiri, 5) Kritis dan 6) Kreatif. Penjabaran pemikiran tersebut terimplementasi dalam kebijakan Merdeka Belajar menuju terwujudnya manusia Indonesia yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Pokok Pemikiran Maslow

Secara garis besar Maslow dalam menjabarkan teorinya mengajak kita untuk selalu berpikiran positif. Melalui pemikiran positif kita lebih fokus pada pengembangan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup tertinggi yaitu aktualisasi diri. Fokus perhatian orang yang selalu berpikiran positif adalah mengembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara apa adanya, sehingga merasakan kebermaknaan hidup sesuai konteksnya. Manusia yang telah merasakan hidupnya bermakna atau berguna bagi orang lain dan dirinya, merupakan manusia yang hidup berbahagia.

Maka dari itu strategi berpikir positif menajadi modal pokok dari upaya mencapai kebahagiaan tertinggi sebagaimana Maslow menempatkannya sebagai kebutuhan tertinggi dari manusia yaitu aktualisasi diri.  Aktulisasi diri oleh beberapa sumber digambarkan sebagai perilaku atau karakter dari seseorang yang mengindikasikan hal sebagai berikut: 1) memiliki persepsi yang tepat terhadap realita, 2) menerima diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dengan baik, 3) spontanitas, 4) fokus terhadap target pencapaian, 5) otonomi, 6) kedekatan dengan individu yang lain, 7) mendalami hubungan interpersonal, 8) nyaman dan solid, dan 9) memiliki selera humor dan bisa bergurau.

Maslow (1970) berpendapat bahwa terdapat lima belas karakteristik orang yang dalam perjalanan mengaktualisasikan dirinya, yaitu: 1) Berpandangan efisien dan relistis 2) Menerima diri, orang lain, lingkungannya, 3) Spontanitas, sederhana, dan alami, 4) Berpusat pada masalah, 5) Menghargai privasi diri dan orang lain, 6) Kemandirian, 7) Menghargai hal-hal baru, 8) Pengalaman puncak, 9) Gemeinschaftgefuhl (peduli dengan orang lain), 10) Hubungan interpersonal yang kuat, 11) Struktur karakter demokratis, 12) Diskriminasi antara cara dan tujuan, 13) Memiliki selera humor, 14) Kreatif, 15) Berpikir terbuka tidak tertutup oleh batasan kultur. Karakteritik tersebut merupakan ciri orang yang telah memperoleh kebutuhan tertingginya sebagai manusia yaitu aktualisasi diri.

Menurut Maslow untuk mencapai kebutuhan tertinggi manusia yaitu aktualisasi tidak diperoleh dengan mudah. Hambatan dan tantangan akan selalu ada dalam setiap proses upaya mencapai kebutuhan tersebut. Semakin berat tantangan yang dilalui maka akan semakin bermakna capaian yang diperolehnya. Sehingga kebahagiaan sebagai bentuk aktualisasi diri merupakan upaya memaknai beratnya tantangan selama proses mendapatkan kebutuhan itu. Semakin keras upaya kita untuk meraih sesuatu menjadi lebih berarti dari pada upaya yang bersifat instan. Maka disanalah letak kebahagiaan hidup sesungguhnya, yang oleh Maslow diistilahkan dengan aktualisasi diri.

Maka menurut Maslow proses yang harus diperhatikan dalam aktualisasi diri adalah sebagai berikut yaitu: 1) Siap untuk menghadapi dan menjalankan perubahan, 2) Selalu bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah diputuskan, 3) Memastikan semua tindakan selalu berdasarkan alasan atau motif yang kuat, 4) Selalu berkiblat pada pengalaman positif (Best Practices) dalam melaksanakan tindakan, 5) Selalu siap terlibat dalam upaya pengembangan diri yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan. Point 5 tersebut mewajibkan para pengejar kebahagiaan selalu mengembangkan diri menjadi inti dari Teori Maslow. Maslow mengatakan bahwa jika kebutuhan telah terpenuhi maka akan berpotensi menghentikan motivasi individu tersebut. Maka upaya pengembangan diri menjadi sangat penting dalam upaya membangkitkan motivasi. Seseorang yang ingin berkembang dan mencapai aktualisasi diri, pertama kali harus menyadari posisinya sekarang berada. Sehingga sesorang yang menyadari kapasitas dirinya akan lebih mudah menentukan kebutuhannya yang belum terpenuhi. Maka jika kita ingin bahagia dan menempatkan kebahagiaan tersebut sebagai sebuah kebutuhan, maka proses harus dijalani.

Categories: Uncategorized

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: