GALUNGAN DAN KUNINGAN CERMIN IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KHASANAH BUDAYA BALI

Published by TeacherCreativeCorner on

Selain Tawur Kesanga dan Nyepi, Galungan dan Kuningan merupakan Hari Raya Umat Agama Hindu di Bali. Kemeriahan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan hampir meliputi seluruh umat Hindu yang ada di Bali maupun luar Bali. Mobilitas masyarakat pada masa ini terbilang sangat tinggi. Umat Hindu yang merantau merebut rejeki di tempat lain berbondong-bondong pulang ke kampung merayakan hari raya bersama keluarganya. Beberapa instansi pemerintah hingga swasta menerapkan kebijakan dispensasi hingga libur kepada para staf dan karyawannya.

Baca Juga

Sekolah meliburkan siswanya dengan guru dan staf nya bersifat dispensasi atau diberikan izin, dengan ketentuan jika diperlukan untuk urusan yang mendesak, mereka tetap siap dan siaga. Aktivitas pendidikan formal selama perayaan Galungan dan Kuningan dihentikan dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan bersama keluarga. Kebersamaan siswa dengan keluarga menuntaskan kewajiban beryadnya di Hari Raya  Raya Galungan dan Kuningan merupakan sebuah capaian dari jerih payah beraktifitas dari orang tua dalam bekerja.

Sebagian besar Umat Hindu di Bali memiliki pandangan bahwa hal yang terpenting dalam kehidupan mereka adalah bagaimana mampu menuntaskan kewajibannya dalam beryadnya. Para Bapak yang pergi bekerja atau melakukan aktivitas pekerjaannya sehari-hari, wajib menyediakan bekal untuk kegiatan yadnya yaitu perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Rasanya, belum lengkap kehidupan ini bagi Umat Hindu jika sampai melalaikan kewajiban ini. Tradisi keagamaan yang telah dilakukan turun temurun itu, memiliki makna sangat berarti dalam kembali menyemangati kehidupan. Ketentraman dan keamanan Bali merupakan bukti, bahwa Tuhan mengabulkan doa umat untuk menjaga Bali tetap kondusif melalui rutinitas beryadnya.

Bali yang tetap kondusif tidak terlepas dari karakter Umat Hindu yang terbukti memiliki karakter terbilang unggul dalam hal akhlak mulia. Kejujuran dan kepolosan sebagian besar warga Umat Hindu, berdampak pada kepercayaan yang tinggi dan tingkat keamanan masyarakat yang terjamin. Bali dapat dikatakan sebagai salah satu tempat teraman di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa jika menaruh sepeda motor di pinggir jalan, tetap kondisi aman, ternak yang tetap aman walau ditinggal pemiliknya, bahkan warung yang ditinggal tidur tidak membuat khawatir pemiliknya. Walaupun terjadi aksi pencurian dan kriminal lainnya kebanyakan pelakunya dilakukan para pendatang dari pulau lain.

Maka tidak heran Bali tetap menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara, mulai dari hanya kegiatan berlibur hingga pertemuan para tokoh dunia kerap dilakukan di Bali. Tak kurang dari ratusan konferensi tingkat internasional telah dilaksanakan di Bali. Hal ini membuktikan bahwa keamanan Pulau Bali menjadi daya tarik tersendiri dari kunjungan para wisatawan. Karakteristik masyarakat Bali seperti itu, lahir dari budaya masyarakatnya yang tetap teguh memegang tradisi di tengah-tengah gempuran budaya lain, yang juga tetap dihargai di Pulau ini. Budaya yang diwarnai tradisi yang beragam berakar dari kebiasaan warga mulai dari keluarga desa hingga komunitas klen. Walau sering memiliki potensi konflik tetapi akar keturunan dan kekerabatan yang disatukan ketika kebersamaan mereka kembali dalam merayakan hari raya keagamaan.

Kebersamaan  bersama keluarga yang pulang kampung, memberi kesan dan pengalaman tersendiri bagi mereka. Gotong-royong mempersiapkan sarana upakara boleh jadi merupakan kesan yang tidak terlupakan bagi mereka. Mempersiapkan perangkat yadnya mulai dari Penyajaan Galungan, Penampahan Galungan, Galungan dan Umanis Galungan, adalah bagian dari kesibukan untuk mensyukuri bahwa kita masih diberikan waktu untuk bersyukur atas kesempatan menjalani kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan.

Kegiatan yang datang rutin setiap enam bulan sekali tersebut, bagi Umat Hindu telah direncanakan dengan matang-matang. Hambatan dan permasalahan hidup yang datang silih berganti mewarnai kehidupan, tak menjadi persoalan berarti. Yang penting adalah enam bulan ke depan, kita masih dapat merayakan Hari Galungan dan Kuningan. Setiap masalah pasti ada pemecahannya, ketangguhan Umat Hindu untuk tetap langgeng memeluk keyakinannya, tidak tergoyahkan oleh riak-riak masalah tersebut. Karakter tangguh dalam menjaga tradisi dan budaya, merupakan buah dari proses berpikir panjang, melalui logika atas fakta dan realitas kehidupan.

Umat Hindu menyadari bahwa kehidupan akan selaras dan seimbang jika aktivitas dan kesibukan sehari-hari memiliki tujuan, dan hal itu adalah menuntaskan kewajiban beragama yaitu yadnya. Bagaimana mungkin di tengah perkembangan teknologi yang pesat, Umat Hindu tetap tangguh dalam memelihara keyakinannya. Tidak kurang dari puluhan pakar dan profesor masih kuat dan teguh memeluk ajaran ini. Apakah mereka kurang kritis dalam memaknainya sehingga masih tetap berpegang teguh pada tradisi, dimana hal ini sulit dipahami dalam konteks ilmiah? Keyakinan penulis, mereka tetap kritis, sehingga mereka hadir dengan solusi yang bijak untuk menjaga ketangguhan, bukan sebaliknya membubarkan keyakinan.

Hal ini dapat dipahami dalam konteks realitas, bahwa acara keagamaan ini, telah berdampak pada perputaran ekonomi. Walaupun beberapa aktivitas dihentikan tetapi hal itu justru mengalirkan aktivitas ekonomi ke jalur lain. Aktivitas ekonomi menjelang perayaan Umat Hindu terutama terjadi pada sektor peternakan, karena kebutuhan babi, ayam dan bebek meningkat pada masa ini. Para pedagang buah, pedagang sayur, pakaian, dan bahan-bahan lain yang diperlukan mendapat peruntungan pada masa ini. Sektor lain juga mendapat peluang menjalankan bisnisnya dalam perayaan ini, seperti perhiasan dan pakaian sehingga pasar menjadi sangat ramai saat itu. Kegiatan ekonomi yang hidup pada masa perayaan ini berdampak pada aspek kemandirian para keluarga Umat Hindu.

Bali adalah gudangnya kreatifitas, yang menjadi salah satu keunikan tiada duanya di dunia. Kegiatan berkesenian yang berlandaskan ajaran-ajaran Hindu, lahir dalam berbagai dimensi seni, mulai seni rupa, pertunjukan, tari, suara, musik dan kriya. Daya tarik ini pula yang membawa Bali tetap manis untuk menjadi serbuan orang-orang luar untuk berkecimpung mengais rejeki. Tetapi Bali tetap tangguh, mereka yang datang dengan berbagai motif, tidak akan melunturkan ketangguhan masyarakat Bali. Karena mereka yang hadir di Bali, lama kelamaan sadar dan mengerti. Sesungguhnya kehadiran mereka adalah untuk memperkaya khasanah perbedaan, yang selanjutnya justru menjadi bagian dari ciri khas Bali. Mereka melebur menerima apa adanya, karena mereka telah diterima di Bali apa adanya pula.

Keunikan dari struktur dan karakter masyarakat Hindu Bali yang tangguh ini sesungguhnya bersumber dari kemandirian umatnya. Masyarakat Hindu di Bali, menurut penulis, memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari ketangguhan masyarakatnya terutama Ibu-ibunya dalam upaya mencari nafkah hingga semiskin apapun mereka, tetap mampu menjalankan keyakinannya. Semiskin apapun mereka tetap mampu hadir meramaikan perayaan umat dalam menunaikan yadnya di pura-pura. Konsep nyama telah merasuk ke sendi-sendi karakter masyarakat Bali, walau begitu tidak satu keluargapun rela mengemis untuk beryadnya. Hal itu merupakan cerminan ketulusan yang tetap memandang, bahwa Tuhan akan melimpahkan karunianya kepada siapapun, tidak hanya untuk orang kaya. Keadaan ini didukung dengan fakta, bahwa Umat Hindu dapat tetap eksis menjadi keyakinan umatnya di tengah gempuran kemajuan iptek dan budaya luar. Bali sebagai pusat tujuan wisata dunia, sampai saat ini tetap tangguh mempertahankan kemandiriannya dalam menjaga karakter masyarakat Bali dengan segala keunikannya

Masyarakat Bali sebagai pengusung budaya Umat Hindu Bali yang menjadi tujuan wisata dunia, sudah terbukti sangat toleran dan mampu menerima perbedaan. Maka keragaman budaya masyarakat Bali, sangat berwarna-warni. Beragam pendatang yang memiliki motif berlibur hingga ekonomi meramaikan Pulau Bali tanpa menyebabkan terkikisnya keyakinan umat. Tangguhnya masyarakat Bali dalam menjaga budaya keyakinannya dan tetap terbuka dengan budaya lain, menjadikan Bali tetap dipercaya sebagai destinasi wisata dunia. Hal ini merupakan cerminan realitas bahwa Umat Hindu di Bali memiliki karakter sesuai dengan landasan filosofis bangsa yaitu Pancasila yang dalam kesehariannya tercermin dari terimplementasinya Pancasila telah benar-benar membumi di Bali.

Rahajeng Nyangra Galungan Kuningan Icaka Warsa 1943.

Categories: Artikel

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: