Pembelajaran Tematik
Pendahuluan
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengedepankan kebermaknaan pembelajaran yang dikembangkan berawal dari prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik menjadi sangat penting untuk dilaksanakan karena berorientasi pada kebermaknaan. Hal ini beranjak dari pemahaman, bahwa peristiwa dan atau fenomena kehidupan sehari-hari merupakan hal yang akan dialami siswa ketika mereka menjalani kehidupan nyata kelak. Maka sudah selayaknya pembelajaran tematik dihadirkan dalam pembelajaran di kelas, karena bersifat kontekstual dan hal itulah yang sesungguhnya akan terjadi di kehidupan nyata.
Pola pembelajaran yang mengedepankan pemisahan materi pelajaran berdasarkan konsep-konsep tertentu cenderung hanya untuk memudahkan guru dalam mengajar, bukan untuk memudahkan siswa belajar. Sehingga pendekatan mata pelajaran bertentangan dengan konsep student centre, khusunya pada pendidikan dasar. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan menengah dan tinggi, yang mengharuskan siswa belajar berdasarkan spesifikasi minatnya, sehingga diperlukan pemilahan materi pelajaran. Walau demikian, pada ranah itupun masih tetap keterpaduan antar mata pelajaran yang sesungguhnya dapat diarahkan ke pembelajaran tematik.
Sebagai contoh, muatan matematika sangat terkait dengan Bahasa Indonesia dan IPS pada saat mengambil tema misalnya tentang pasar. Tema tentang pasar sudah tentu akan membahas bagaimana interaksi menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi antar pembeli dan pedagang. Pedangang dan pembeli berinteraksi menggunakan uang yang mengharuskan menggunakan prinsip matematika dalam perhitungannya. Sementara konsep IPS terkait penawaran dan permintaan merupakan topik yang menarik bagi anak-anak. Sementara pendidikan menengah dan tinggi keterpaduan pembelajaran Mata Pelajaran Geografi, Sejarah dan Sosiologi tak pelak dapat dihindarkan, walaupun memiliki sudut pandang tersendiri. Bahkan Matematika, Fisika dan Kimia juga memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana jika dipahami secara terpisah sangat menjauhkan dari kebermaknaan belajar itu sendiri.
Baca Juga
- Strategi Pedagogical Content
- Pelaksanaan Pembimbingan Penelitian Tindakan Kelas
- Tips Belajar Agar Cepat Memahami Materi Diklat
- Contoh Kurikulum Adaptif Daring/Luring
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006; 5).
Hadi Subroto (2000:9) menegaskan:
“Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalam belajar siswa, maka pembelajaran lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa”.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan yang meliputi tahap perencanaan, yakni : pemetaan standar kompetensi yang mencakup penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar, menentukan tema, identifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2007 : 25).
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain: 1) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. 2) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014:16).
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
“1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi”.
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas (2006:6):
“Pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain : 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, 2) kegiatankegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain”.
Selain itu, sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain : berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas, 2006).
Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
0 Comments