LATIHAN MEMBUAT SOAL ASESMEN

Published by TeacherCreativeCorner on

Latihan membuat soal asesmen nasional merupakan wujud dari kemampuan guru memberikan pengalaman belajar dalam hal literasi dan numerasi kepada siswa. Literasi dan numerasi merupakan kemampuan esensial yang paling dibutuhkan dalam kehidupan. Terampil berliterasi, mencerminkan siswa mampu menyimak informasi tertulis dan lisan. Sementara itu bernumerasi adalah kemampuan berhitung yang merupakan kegiatan keseharian dalam kehidupan.

Apakah itu AKM dan kenapa AKM itu perlu?

Mengapa guru harus melakukan Latihan membuat soal asesmen, berikut penjelasannya. Asesmen Kompetensi Minimum merupakan pengukuran hasil belajar yang berbasis kompetensi paling minimal yang harus dikuasai siswa khususnya di sekolah dasar, yang dapat menjadi bekal untuk kelak dapat eksis menjalani kehidupan di Era Industri 4.0. Kompetensi minimal yang dimaksud adalah kemampuan literasi dan numerasi. Seperti itulah Kompetensi Minimum seperti yang dimaksudkan dalam AKM. Asesmen Kompetensi Minimum dipilah menjadi dua yaitu Asesmen Literasi (menyimak informasi) dan Asesmen Numerasi (menyimak angka). Asesmen Literasi dibedakan menjasi Asesmen Literasi Informasi dan Asesmen Literasi Fiksi. Asesmen Literasi Informasi adalah pengukuran kemampuan siswa dalam hal menyimak informasi yang mengandung fakta maupun peristiwa. Sementara Asesmen literasi fiksi adalah pengukuran kemampuan siswa dalam berimajinasi.  Sementara Asesmen Numerasi adalah pengukuran kemampuan siswa dalam hal memanfaatkan angka-angka dan logika untuk menyelesaikan permasalahan.

BACA JUGA


Rendahnya kemampuan anak-anak Indonesia terkait dua hal itu sangat kentara, karena kemampuan literasi identik dengan kemampuan membaca yang ditandai dengan kebiasaan membaca yang mengarah pada budaya baca. Hal ini menjadi masalah pada pendidikan kita karna berdasarkan survei yang diselenggarakan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan Organization for Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 menunjukkan Indonesia menempati peringkat ker 62 dari 70 negara dalam hal kemampuan literasi (https://perpustakaan.kemendagri.go.id/?p=4661).

Anak-anak Indonesia juga terpuruk dalam hal numerasi. Peringkat Indonesia dalam kemampuan numerasi (matematika) menempati peringkat ke 72 dari 78 negara, dimana China menempati peringkat pertama dengan skor 591. Sementara skor matematika anak-anak Indonesia dalam kemampuan matematika adalah 379, empat tingkat dibawah Libanon, sebuah negara kecil di Timur Tengah (https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/09425411/skor-pisa-2018-daftar-peringkat-kemampuan-matematika-berapa-rapor-indonesia).

Melihat situasi itu, merupakan tantangan besar bagi dunia pendidikan untuk dapat bangkit dari keterpurukan tersebut. Konsekwensi dari rendahnya kemampuan literasi dan numerasi adalah berdampak luas pada sikap rasa ingin tahu siswa, wawasan, sikap kritis dalam bernalar dan berlogika hingga, kreatifitas dan inovasi. Padahal, kemampuan yang harus dimiliki anak di Abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Sementara kemampuan literasi dan numerasi anak-anak kita masih sangat rendah. Hal itu dapat menjadi hambatan besar, bagi keinginan menjadi bangsa yang maju dengan masyarakat yang sejahtera di Abad 21.  Sementara mungkin ada yang bertanya Abad 21 itu tahun berapa? Tahun 2001 merupakan awal dari hitungan 100 tahun ke depan yang disebut Abad 21. Hal itulah yang menjadi dasar bahwa tahun 2045, Indoensia diprediksi memiliki populasi umur 40 – 50 tahun, yang saat ini masih duduk di bangku TK, SD dan SMP.

 

Solusinya apa yang dapat dipecahkan dengan latihan membuat soal asesmen?

Pemerintah melalui kebijakan merdeka belajar, penghapusan Ujian Nasional hingga memberi keleluasaan kepada guru dalam bentuk RPP satu halaman, berharap proses pembelajaran pada tingkat kelas berlangsung inovatif dengan mengakomodir inovasi pembelajaran yang mengedepankan pengembangan kemampuan literasi dan numerasi pada semua aspek pembelajaran. Hal itu dapat diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, pengembangan budaya sekolah, mengedepankan proses belajar yang aktif, kreatif, inovatif, cooperatif, komunikatif, kolaboratif dan kontekstual. Strategi yang relevan terkait dengan hal ini adalah penerapan Project Base Learning yang dapat menjadi pilihan dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Mungkin juga ada yang bertanya-tanya, apa hubungnnya antara Asesmen Kompetensi Minimum dengan proses pembelajaran? Hal inilah sesungguhnya yang hendak kita bahas saat ini. Peran guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran sangat terkait dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai anak yang akan menjadi bekal mereka hidup di Abad 21. Maka peran guru dalam pembelajaran Abad 21 adalah bagaimana mempersiapkan siswa sehingga memiliki kompetensi literasi dan mumpuni yang akan menjadi dasar bagi mereka untuk memiliki karakter anak yang dibutuhkan di Abad 21 yaitu kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Maka strategi pembelajaran yang relevan dilaksanakan adalah strategi  yang mengedepankan proses untuk menumbuhkan dan menguatkan karakter Abad 21 tersebut.

Pertanyaan berikutnya, siapa yang menentukan dan memutuskan hal ini? Jawabannya adalah guru itu sendiri. Guru akan mampu menentukan dan memutuskan langkah kegiatan pembelajaran yang layak dilakukan untuk menumbuhkan karakter Abad 21 dengan syarat guru memiliki keleluasaan berpikir dan bertindak. Upaya yang dilakukan agar tercipta kondisi sehingga guru mampu leluasa dalam merencanakan kegiatan pembelajaran adalah dengan diluncurkannya kebijakan merdeka belajar. Belakangan kalangan perguruan tinggi juga diberikan keleluasaan sehingga dosen memiliki ruang untuk meningkatkan kreatifitas mahasiswa melalui program merdeka belajar kampus merdeka.

BACA JUGA

Strategi pembelajaran apa yang relevan dengan konteks latihan membuat soal asesmen?

Program merdeka belajar Kemendikbud, yang selanjutnya diterjemahkan dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang akan dikembangkan sekolah yang bermuara pada RPP Merdeka Belajar. Strategi guru dalam menyelenggarakan program merdeka belajar mencerminkan peran guru dalam pembelajaran Abad 21. Maka RPP merdeka belajar merupakan rencana pembelajaran yang memuat tujuan, langkah-langkah dan penilaian pembelajaran yang esensinya bagaimana membentuk karakter anak Abad 21. Penilaian yang diselenggarakan guru, dalam rangka membentuk Karakter Abad 21 inilah yang hendak diukur pemerintah melalui Asesmen Kompetensi Minimum.

Pada pembahasan berikutnya, akan dijelaskan secara lebih detail bagaimana peran guru dalam pembelajaran Abad 21 yang selanjutnya dapat diukur melalui Asesmen Kompetensi Minimum melalui latihan membuat soal asesemen.  Setidaknya rencana pembelajaran yang harus dibuat guru memuat hal berikut :


1 Comment

Wayan Suberata · June 19, 2021 at 12:33 am

Tulisannya menarik untuk dipahami guru
Masalahnya…apa gurunya udah kreatif. Inovatif dan kolaboratif dalam melaksanakan proses pembelajaran ..
Masalah penghambat untuk peningkatan mutu pendidikan itu menurut saya ada pada faktor internal… Jika ini tidak disadari dan dicarikan solusi oleh kepala sekolah sebagai yang terdepan dalam membuat program yang berdasarkan visi misi dan tujuan pendidikan saya kira hasil AKM siswa kita tahun ini pasti rendah…. Maaf saya pisimis. Lebih lebih situasi vandemi saat ini. Saran saya bagaimana kepsek guru dan komite untuk melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan AKM ini sehingga ini dipahami oleh orang tua siswa… Pendidikan tidak memperoleh hasil maksimal jika tidak dilaksanakan secara bersama.. Guru orang tua dan masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: