ARTIKEL GURU MENYAMBUT GALUNGAN DAN KUNINGAN 2021
Memperingati Hari Raya Galungan pada Keluarga Kecil Kami
Oleh I Gusti Ngurah Parnama (Guru Kelas IV)
Hari raya Galungan dan Kuningan pada umumnya dirayakan oleh Umat Hindu di Bali setiap 210 hari (6 bulan) yang selalu diwarnai kemeriahan karena dimaknai sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Namun di daerah lainnya di Indonesia meskipun beragama Hindu tidak dikenal adanya hari raya tersebut kecuali oleh umat Hindu yang berasal dari Bali.
Sejarah hari raya Galungan sesungguhnya berawal dari kepercayaan umat Hindu di Bali akan legenda dimana zaman dahulu. Berkuasalah seorang Raja bernama Maya Denawa , seorang pemuja Dewa Siwa yang sangat tekun dan dengan memuja keagungan Dewa Siwa, ia memohon kekuatan agar mampu melakukan perubahan wujud. Disanalah Dewa Siwa kemudian berkenan hadir dan mengabulkan keinginan Detya Maya Denawa, hingga akhirnya Detya Maya Denawa menjadi sangat sakti dan mampu melakukan perubahan wujud bahkan hingga seribu kali perubahan. Dengan kemampuan itulah raja ini menjadi sombong dan menguasai daerah Bali dan sekitarnya. Dimana saat itu tidak ada seorangpun yang mampu untuk mengalahkanya.
Pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan Dewa Indra mampu membunuh Maya Denawa hingga jagat Bali kembali pada kedamaiannya. Adapun darah Maya Denawa mengalir menjadi sungai yang dikenal dengan Tukad Petanu. Sungai ini konon telah dikutuk, dimana bila airnya digunakan untuk mengairi sawah, padi akan tumbuh lebih cepat namun darah akan keluar di saat panen dan mengeluarkan bau serta kutukan itu akan berakhir setelah 1000 tahun.Dengan demikian setiap hari Rabu Kliwon Dungulan dirayakan oleh umat Hindi di Bali sebagai hari raya Galungan yang merupakan hari kemenangan Darma melawan Adarma.
Rangkaian Hari Raya Galungan.
- Sugihan Jawa.Makna dari Sugihan Jawa berasal dari urat kata Sugi yang berarti membersihkan dan Jawa yang berarti luar, jadi Sugihan Jawa dapat diartikan sebagai suatu prosesi upacara yang bertujuan untuk membersihkan Bhuana Agung, misalnya membersihkan pelinggih/pura dan tempat-tempat suci yang digunaka sebagai tempat pemujaan. Mempersembahkan/menghaturkan upacara banten pengerebuan dan prasita yang melambangkan penyucian. Warga Bali meyakini pada hari ini para Dewa akan turun ke Bumi diiringi oleh para leluhur untuk menerima persembahan/sesaji.
Foto Perebuan
Foto kegiatan kebersihan
- Sugihan Bali.Sedangkan Sugihan Bali diartikan sebagai pembersihan Bhuana Alit yang pelaksanaannya dilakukan dengan penyucian diri sendiri, melukat, dan sebagainyaFoto anak dan istri melaksanakan pererebuan di merajan alit Karangasem Padangkerta.
- PenyekebanPada hari ini diharapkan kita mampu nyekeb kesadaran murni. Tat kala kesadaran murni mampu kita rasakan maka pada hari penyekeban dituntut selalu dapat menjaga diri (pegendalian) terutama pikiran agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang membuat kesadaran murni tersebut sirna kembali. Kegiatan yang dilakukan adalah para ibu sudah melaksanakan penyekeban buah-buahan terutama pisang.Sebab tanpa menghaturkan buah pisang pada sesajen, rasanya banten kurang lengkap.
Untuk nyekeb pisang, caranya sangat mudah dan menggunakan bahan alam.Di desa biasanya orang nyekeb pisang menggunakan daun gamal atau daun tabia bun.Pertama, daun gamal atau daun tabia bun ini dimasukkan di sela-sela pisang.Setelah itu pisang dimasukkan ke dalam karung atau kresek.Sebelum ditutup rapat, diitimbun dulu dengan daun gamal maupun daun tabia bun.Kemudian baru ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk.Taruh dan biarkan selama dua tau tiga hari.
1 Comment
Wijaya Kusumah · April 23, 2021 at 2:06 pm
Terima kasih