NAIK PANGKAT APAKAH HANYA PTK? Oh YANG BENAR SAJA
Hari ini ketika berdiskusi di salah satu Group Whatsaap terkait kenaikan pangkat guru, jadinya saya jadi ingin menulis sedikit. Sebenarnya ide tulisan ini sudah dari dulu ada, tetapi berhubung ada seorang teman yang meyarankan, “Tulis aja di Blog Pak, kan kalau banyak tulisannya, bisa jadi buku”. Gak menunggu beberapa lama, saya berpikir,”Bener juga ya, hehehe”. Supaya tidak berlama-lama langsung saja tancap.
Singkatnya begini, ada suatu gejala di kalangan guru, bahwa naik pangkat itu hanya PTK, PTK dan PTK. Apa hanya itu? Merujuk pada Buku 4 Panduan Publikasi Ilmiah dan Pengembangan Diri Guru ternyata bukan hanya PTK yang bisa digunakan untuk persaratan kenaikan pangkat. Pada buku panduan itu jelas dinyatakan bahwa kenaikan pangkat guru memerlukan beberapa persaratan tergantung dari naik pangkatnya dari golongan berapa. Berikut tabelnya :
Berdasarkan tabel di samping misalkan saja ambil contoh, ada seorang guru yang akan naik pangkat dari golongan III/c ke III/d. Pada unsur PIKI (Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif diperlukan kredit 8. Apakah delapan kredit dimaksud adalah dari produk penelitian atau PTK saja?
Penjelasan selanjutnya, persaratan penelitian hanya dibutuhkan ketika seorang guru PNS naik pangkat dari Golongan III/d ke IV/a dan seterusya. Sementarai dari Golongan III/b ~ III/d belum ada persaratan harus membaut PTK. Menurut penjelasan selanjutnya pada Buku Panduan Itu, bahwa unsur penelitian hanya dipersaratkan satu penelitian, tidak lebih. Jadi produk apakah yang dapat melengkapinya?
Berikutnya dijelaskan bahwa PIKI (Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif) dapat dipilah menjadi 2 yaitu Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif. Publikasi Ilmiah jenisnya juga bermacam-macam seperti buku, artikel ilmiah, artikel ilmiah populer yang dimuat di media masa, best practices, diktat dan hasil penelitian. Hasil penelitian sendiri sesungguhnya tidak ada yang mengacu jelas-jelas mengatakan bentuknya PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Sesungguhnya banyak jenis penelitian yang dapat dilakukan seperti penelitian perbandingan, deskriptif dan penelitian pengembangan.
Sementara Karya Inovatif tersebut terdapat beberapa jenis seperti temuan terbaru dari para praktisi pendidikan seeprti guru, pengawas dan kepala sekolah yang benar-benar baru dan nyata-nyata mampu menyelesaikan permasalahan si praktisi dalam melaksanakan tugasnya. Ada beragam bentuk karya inovatif seperti penemuan strategi, metode, program komputer dan produk karya seni yang dapat membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan pembelajarannya.
Berdasarkan pengalaman dan praktik langsung penulis dalam membuat PIKI terkait kenaikan pangkat dari satu ide saja sudah dapat melahirkan banyak produk.” Oh Is it Possble Bro?” Sebagai contoh silahkan simak ilustrasi di bawah ini.
Seorang guru bernama Bu Yani, pada masa pandemi Covid-19 ini menemukan masalah bahwa banyak siswa yang tidak mengumpulkan tugas padahal strategi pembelajaran jarak jauh telah disusun sedemikian rupa pada Rencana Pembelajaran yang dia rancang. Sementara sebagai guru Bu Yani memiliki tanggung jawab harus dapat memberikan pelayanan maksimal kepada siswa, karena tugas guru ya seperti itu. Dalam suasana pembelajaran daring, semua siswa harus dapat terlayani, walaupun terhambat dalam ketersediaan jaringan, tidak memiliki kuota dan bahkan tidak memiliki perangkat. Walaupun itu 1 atau 2 orang siswa harus mendapatkan pelayanan yang maksimal. Masalah ini selanjutnya dikomunikasikan dengan teman sejawatnya. Maka teman sejawatnya menyarankan untuk melakukan kunjungan rumah, atau yang Bu Yani istilahkan Metode Guling (Guru Keliling).
Pada suatu waktu Bu Yani mengikuti kegiatan Workshop dan pada saat itu ada penugasan membuat best practice, tanpa berpikir panjang Bu Yani menggunakan cara menyelesaikan masalah pembelajaran dengan Metode Guling tersebut dikembangkan menjadi laporan best practice. Surprice sekali Bu Yani mendapat pujian dari teman sejawatnya, karena telah nyata-nyat amampu menyelesaikan permasalahan yang dialaminya.
Pada suatu saat Bu Yani mendengar temanya sedang sibuk membicarakan masalah kenaikan pangkat. Saat itu pangkat Bu Yani adalah IV/a, sehingga ketika ditanyakan kepada rekan sejawatnya, temannya menjawab “Kamu hanya butuh nilai 12 Yan?” Bu Yani bingung, dari mana dapat nilai 12 itu.
Kemudian temannya yang kebetulan mengetahui Bu Yani memiliki Best Practices tentang “Metode Guling” maka temannya menyarakan agar mengambangkan karya Best Practices itu menjadi artikel best practices, karya ilmiah populer, makalah, peneltian tindakan kelas, makalah PTK, artikel jurnal dan buku. “Kalau kamu kreatif, satu ide itu dapat nilai 17 Yan” Bu Yani yang mendengarkan hal itu menjadi tambah bingung, bagaimana caranya?………………….Bersambung Lanjutannya Klik di sini
1 Comment
Ni Luh Sari Suryastini · March 6, 2021 at 2:12 pm
Terimakasih Pak. Ditunggu sambungannya