HOMOSAPIEN DAN TATANGAN MASA DEPAN

Cover_Buku
Kemajuan peradaban mansusia di planet kecil yang kita beri nama Bumi ini adalah sebuah anugrah Tuhan, dimana untuk sementara ini belum ada tempat alterntif lain yang mampu menyainginya. Kita dilahirkan dan dibesarkan di muka bumi ini adalah sebuah keistimewaan diberi kesempatan untuk hidup dan berkembang biak sebagai mahkluk hidup. Pengertian kehidupan sampai saat ini masih menjadi perdebatan, tergantung sudut pandang yang relatif tergantung subjek pengamatnya. Terlepas dari itu sesungguhnya manusia telah sangat nyaman dapat mendiami Planet Bumi dalam kurun waktu yang para ahlipun masih memperdebatkannya.
Perdebatan mereka dalam rangka memprediksi apa yang terjadi di kemudian hari dan kemungkinan-kemungkinan peristiwa yang langsung maupun tidak langsung akan berdampak kepada kehidupan manusia. Terlepas dari cara mensyukuri kehidupan kita juga dimungkinkan menggunakan akal dan nalar kita yang mendasarkan diri atas ilmu pengetahuan yang telah ada melihat kemungkinan-kemungkinan tertentu yang akan terjadi di masa depan. Belajar dari sejarah dan ilmu pengetahuan yang merupakan pengalaman hidup maunusia sebagai mahkluk yang berakal, prediksi atas kemungkinan-kemungkinan kejadian di masa depan turut memberikaan arah bagi dinamika perjalanan hidup manusia.
Pengalaman manusia tentang perjalanan mengarungi kehidupan sebagai sebuah spesies yang sampai saat ini mendominasi bumi penuh dengan hambatan dan tantangan. Kemampuan adaptasi yang tinggi dari spesies manusia yang disebut dengan Homosapien ini merupakan kelebihan akibat dari evolusi yang berlangsung jutaan tahun. Existensi manusia yang tetap mampu melestarikan jenisnya adalah sebuah anugrah. Apakah kesempatan itu masih ada di masa depan?
Seperti pandangan para filosofis moderen yang lebih banyak mendasarkan dirinya pada temuan terkini baik dalam persepektif kecil (kuantum) dan besar (keruang angkasaan) menemukan ketidak terbatasan. Ketidak terbatasan pengetahuan sebagai dampak dari keterbatasan manusia berdampak pada keterbatasan kemampuan memprediksi masa depan. Ketidak mampuan memprediksi masa depan akan berdampak pada kemungkinan kesalahan tindakan manusia mengambil keputusan atas perilaku alam yang juga tidak dapat diprediksikan. Prediksi jangka pendek atas gejala yang terjadi dalam kurun waktu tertentu yang mengabaikan pengaruh lainnya yang masih stabil, mungkin tetap dapat dilakukan. Seperti misalnya kita memprediksi cuaca besok atas pengalaman pengamatan cuaca menggunakan satelit hari ini yang mampu merekam pergerakan angin dan awan. Akan tetapi bagaimana dengan kurun waktu yang panjang dimana faktor yang kita abaikan selama ini justru berpengaruh?
Intinya kemampuan kita memprediksi pun juga menjadi sangat relatif tergantung kurun waktu pengamatan terhadap gejala alam itu sendiri. Semakin pendek kurun waktunya maka prediksi akan semakin mendekati kebenaran. Akan tetapi semakin panjang kurun waktu pengamatan atas gejala alam tersebut, prediksi terhadap kebenaran menjadi terlalu bias. Sehingga kurun waktu di masa depan yang panjang masih sulit diperediksi. Hanyalah kegelapan yang terlihat, karena semakin dalam kita menggali dalamnya ruang lingkup kuantum dalam perspektif atom semakin banyak rahasia masih tersembunyi di dalamnya. Semakin luas ruang lingkup pengamatan kita maka jarak dan waktu yang membatasi kemampuan manusia mengkesplorasi pengetahuan terhadap alam membatasinya.
Seperti kita ketahui bersama Large Hadron Collider yang dibangun di kedalaman 175 meter sepanjang 27 kilometer di perbatasan Swiss dan Prancis telah menemukan apa yang disebut para ahli “Partikel Tuhan”. Sebuhan partikel elementer, yang dihasilkan dengan memecah proton, dimana proton adalah bagian dari atom. Partikel tersebut secara ilmiah dinamai Higgs Bosson. Sementara di sisi yang berlawanan para astronomer juga menemukan hal yang maha luas dan besar. Melalui terknologi penginderaan jauh dengan menggunakan teleskop ruang angkasa Hubble telah mengamati pinggiran jagat raya. Mereka mengamati bahwa pada jarak jutaan tahun cahaya (satu tahun cahaya = waktu yang diperlukan cahaya dalam setahun) proses pembentukan galaksi dan bintang muda. Sejauh itu jarak pengamatan menandakan manusia telah mampu melihat masa lampau, dimana saat awal pementukan awal semesta.
Sedemikian besar revolusi kecerdasan manusia dengan berbekal rasa ingin tahu yang tinggi telah mengamati rahasia alam di balik rahasia yang baru saja terungkap. Para ilmuwan juga banyak yang memprediksi kehancuran alam semesta dimana bumi merupakan bagiannya yang tak akan terelakan di masa mendatang. Keinginang untuk tetap eksis di tengah ancaman kepunahan itu merupakan kelebihan manusia yang memiliki akal dan nalar. Maka dari itu peradaban manusia akan tetap berlanjut jika akal dan nalar tetap digunakan. Kegelapan di masa depan akan menjadi abadi jika manusia berhenti untuk mencari tahu, dan ancaman kepunahan bukan omong kosong. Akan tetapi jika manusia dari generasi-ke generasi terus belajar dari pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka eksistensi Homosapien di masa depan akan tetap terpelihara.
Dalam hal ini pendidikan menjadi sangat penting untuk mendapatkan porsi utama dalam upaya mengembangkan pengetahuan agar tetap mampu beradaptasi terhadap ancaman yang nyata terjadi di masa depan. Pada jangka pendek ancaman yang nyata adalah perubahan itu sendiri. Kemampuan adaptasi manusia yang akan dapat mewarisakan kelestarian jenis spesies manusia adalah kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan itu sendiri. Secara nyata perubahan akibat penemuan manusia dalam hal pengetahuan dan teknologi merupakan tantangan sendiri bagi mansusia saat ini. Ancaman akibat Revolusi Industri 4.0 merupakan hal nyata yang menghadang di depan kita.
Kemampuan generasi penerus kita untuk menyesuaikan diri di tengah-tengah perubahan yang masif dan cepat tersebut menjadi kunci dari keberhasilannya menjaga esxistensi dirinya sebagai manusia dalam kancah interaksi global baik dengan manusia, alam danlingkungan sekitarnya. Kemampuan menggunakan nalar kritis, kreativititas dalam berkarya dan berinovasi, melalui upaya berkomunikasi dan berkolaborasi adalah kunci untuk tetap eksis dari ancaman ketidastabilan, ketidakpastian, kerumitan, dan kebingungan terhadap kondisi masa depan.
0 Comments