COMPUTATIONAL THINGKING PADA SISWA DAN GURU SUDAH SAATNYAKAH?

Teknologi Semikonduktor Transistor
Hari ini di salah satu Watsaap Group, beredar istilah baru “Computational Thingking”. Woww keren. Pada poster webinar itu terpampang tentang acara seminar online yang akan membawakan materi seputar bagaimana penggunaan gadget sekiranya bukan semata-mata untuk gagah-gagahan oleh para guru. Paling tidak alat itu dapat dimaksimalkan untuk membantu guru memaksimalkan proses pembelajaran di kelas.
Hal ini dapat dipahami, karena banyak di kalangan kita cenderung terlalu membanggakan produk gadget yang kita baru saja beli, dengan spesifikasi high end, yang dibekali segudang keunggulan, kepraktisan. Hal ini tidak terlepas dari persaingan dagang para vendor produk elektronik tersebut untuk berlomba-lomba berinovasi. Sementara kita sebagai konsumen, kesadaran terhadap fungsi, dan pemahaman bagaimana alat itu dibuat seolah telah terlupakan. “Yaa.. yang penting alat itu berfungsi, bodo amat, siapa yang buat, bagaimana caranya, yang penting canggih broo”. Gak ada gunanya kita tahu bagaimana alat itu dibuat. Atau sekedar memikirkan bagaimana gadget yang kita pakai sehari-hari itu adalah hasil ribuan penemuan para pakar teknologi. “Yang penting di saku kita ada Oppo Reno, atau Samsung Ultra, keren broo”.
Yahh .. inilah dampak dari digitalisasi itu sendiri. Padahal ide dari dibuatnya alat-alat itu adalah untuk memudahkan kehidupan manusia dalam menjalani aktivitas kesehariannya. Selanjutnya berkembang menjadi gaya hidup dan gengsi. Makanya tidak heran, peluang ini ditangkap oleh para produsen gadget sebagai peluang menggiurkan, apalagi jumlah penduduk Indonesia yang besar. Pantas saja produsen hardware asal Korea, Tiongkok, Jepang, Amerika dan Eropa itu terus berlomba-lomba berinovasi. Tidak tanggung-tanggung saat ini sudah merambah ke ranah nano teknologi, sehingga mampu menghasilkan alat yang canggih dan memiliki segudang keunggulan.
Perlu diketahui, perkembangan varian gadget seperti HP dan Laptop yang sekarang terus berkembang ini, tidak terlepas dari berkembanganya teknologi semi kunduktor, yang mampu bekerja dalam ukuran sirkuit nano. Kalau bingung dengan istilah nano, mungkin kita masih ingat kesetaraan satuan panjang mulai dari urutan meter, desimeter, centimeter, milimiter, mikrometer, nanometer, picomiter dan seterusnya. Nah kalau dulu, alat teknologi yang sudah terbilang canggih di era 70-an adalah televisi dan radio transistor. Hal ini tidak terlepas dari dtemukannya teknologi memanipulasi perilaku elektron silikon yang selanjutnya disebut dengan semikonduktor. Sifat semikunduktor dari unsur silicon merupakan bahan dasar dari pembuatan diode dan transitor.
Di era 70-an sasis atau board yang berfungsi menempelkan komponen itu bersama-sama dengan alat lainnya seperti resistor, capasitor, diode, induktor berikut kabel-kabel yang menghubungkannya masih dapat dilihat oleh mata dan dapat dipegang. Akan tetapi dengan berkembangnya inonvasi perangkat elektronik, rangkaian board itu, dibuat sekecil mungkin. Alur koneksi listrik tegangan rendah yang menghidupi komponen itupun berkembang, mulai dari ukuran micro hingga nano.
1 Comment
Ni Luh Sari Suryastini · March 2, 2021 at 12:15 pm
Tidak tertarik untuk mencari tahu prosesnya. He he he