BERPIKIR KRITIS TERHADAP ANCAMAN DOMINASI GOOGLE
Kesibukan dunia maya di tengah pandemi memberikan warna kehidupan berbeda. Hiruk pikuk, lalu-lalang dan hilir mudiknya berbagai layanan, tawaran kesempatan mulai dari yang gratisan hingga berbayar menggema di seantero dunia. Puluhan layanan baru bermunculan silih berganti. Layanan bisnis di balik iklan memberi dan berbagi merupakan hal yang biasa kita saksikan di gadget kita setiap hari.. Upaya menebar aura positif atas dasar pengalaman dan ilmu yang mereka miliki dan alami mungkin tren yang sedang mengemuka belakangan ini. Memberi dan berbagi, itulah jargon populer saat ini.
Menurut pandangan sesaat saya ini tidak terlepas dari bagaimana trend dunia saat ini digerakkan oleh hegemoni situs mesin pencarian nomor satu di dunia yaitu Google. Mereka mengusung suatu rencana besar yang jeli mamandang karakteristik manusia sebagai sebuah mahkluk sosial. Psikologi manusia dalam hal memenuhi kebutuhannya secara ekonomi selalu berpikir bahwa mendapatkan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan (kegiatan memberi) yang seminimal mungkin. Karakter alami manusia seperti itu boleh jadi menjadi dasar pemikiran Google, yang telah memberikan ruang kepada setiap manusia untuk mendapatkan informasi secara gratis di jagat maya. Stimulus Google dalam rangka meningkatkan trafik di jaringannya rela memberikan sejumlah layanan gratsi bagi para pengguna internet saat ini.
Kemudahan untuk mendapatkan informasi, kemudahan untuk menggunakan berbagai aplikasi layanan internet yang tidak dapat diperoleh dari para pesaing-pesaingnya. Hal ini menyebabkan popularitas Google tidak mampu di tandingi oleh siapapun. Para pengguna sangat dimanjakan, melalui kemudahan-kemudahan untuk mencari informasi di internet. Menurut saya saat ini hanya Google yang mampu melakukannya, sementara para pesaingnya hanya mengikuti irama pergerakan sang raja mesin pencari ini. Tak heran ribuan bahkan mungkin jutaan layanan telah hadir dengan mengusung prinsip memberi kemudahan seluas-luasnya kepada para pengguna untuk memanfaatkan aplikasi atau layanan buatannya.
Pesaing utama Google dalam hal penyedia layanan mesin pencari adalah bing, besutan microsoft sementara yang lainnya seperti yahoo, opera dan lain lainnya berada di belakanngya. Kenapa Google? Seperrti yang telah saya ulas di atas, Google mampu menghadirkan berbagai layanan pendukung di internat yang sebagian dihadirkan secara gratis. Ibarat pasar, pengunjung sudah mereka dapatkan, maka sekarang adalah bagaimana menarik perhatian pengunjung terhadap iklan-iklan yang ditampilkan Google yang sebelumnya telah melaksanakan perjanjian bagi hasil atau pembayaran atas produk dari pengiklan. Lebih hebatnya lagi Google mampu menghadirkan layanan yang memuaskan bagi penyedia iklan, mulai dari ruang untuk beriklan, ketersediaan tempat penyimpanan cloud yang tidak tersaingi, email yang populer, sampai ratusan aplikasi layanan gratis seperti Google Earth, Google Map hingga Google Class Room dan lain-lain.
Prinsip Google untuk menyediakan layanan gratis telah mendatangkan pengunjung yang banyak. Prinsip Google untuk memberi layanan terhadap kegiatan memberi dan berbagi secara gratis tersebut telah mempopulerkannya. Kepopulerannya itu telah membahwa Google menjadi ikon dunia. Saya berani jamin, tidak seorangpun saat ini yang berinteraksi di jagat maya tidak akan bisa terlepas dari layanan Google. Bahkan Cina sekalipun yang menggunakan layanan mesing pencari tersendiri yang mengharamkan Google, secara sembunyi sembunyi masyarakatnya dapat mengakses Google dengan layanan VPN. Alsannya ya itu tadi Google memberikan yang lebih yang tidak mampu disediakan oleh layanan sejneisnya.
Kita tidak bisa memungkiri lagi, Google adalah raja penyedia informasi saat ini. Dominasi Google terhadap penyediaan informasi di dunia dapat kita ibaratkan monopoli. Hebatnya Google tidak pernah memaksakan monopoli itu. Kitalah yang terpaksa untuk dimonopoli olehnya. Sampai kapankah ini akan terjadi? Jawabannya mungkin sampai ada layanan lain yang sanggup merebut hati masyarakat dunia untuk berpaling dari Google. Apakah hal ini mungkin? Dominasi dan monopoli Google dalam waktu dekat mungkin tidak bisa dibendung. Google tidak akan pernah memnbiarkan ikon dunia yang dialamtkan kepadanya akan diambil pihak lain.
Google telah berhasil membius warga dunia dengan prinsip memberi dan berbagi. Dan tak pelak lagi Google memegang peranan penting ikut berkontribusi dalam mencerdaskan warga dunia. Kalau melihat hal ini mungkin dalam beberapa dasawarsa ke depan, pesaing lain akan ciut nyalinya jika memiliki ambisi untuk menyaingi Google.
Secara kritis kita dapat memberikan pandangan berbeda. Strategi Google seperti itu sebenarnya kita telah terlalu jauh percaya dengan Google. Kepercayaan berlebih seperti itu tidak selamanya baik. Kepercayaan yang membuahkan monopoli akan menjadi titik awal kesewenang-wenangan. Siapapun yang menjadi raja dan penguasa sangat berpeluang untuk sewenang-wenang. Tidak terkecuali Google memiliki peluang untuk bertindak sewenang-wenang atas kepentingan warga dunia. Dengan dalih kebebasan berpendapat dengan prinsip berbagi dan memberi, sesungguhnya kita telah melupakan satu hal yaitu kita memiliki eksistensi dan privasi.
Eksistensi kits sebagai manusia yang memiliki budaya adiluhung, bukan hanya kita dan bahkan jutaan perbedaan budaya di dunia, saat ini seolah telah dipersatukan oleh Google. Kita kehilangan jati diri? Ancaman itu sangat terasa. Kita kehilangan privasi? Silahkan anda sendiri rasakan. Google secara cerdik telah mengubah gaya komunikasinya dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi bagi pengguna Google di Indonesia. Apakah itu baik?
Bahasa Indonesia yang digunakan Google sebagai bahasa pengantar resmi untuk pengguna di Indonesia menjadikan kita bangga, di beri kemudahan dan dimanjakan. Saya kawatir justru dengan layanan ini, menjauhkan anak-anak kita dari tantangan untuk belajar bahasa lain, seperti bahas Inggris misalnya. Kenapa tidak mau belajar Bahasa Inggris ? Jawabnnya sederhana. Sudah ada bahasa Indonesia dan alat penerjamah otomatis yang disediakan Google buat apa lagi susah-susah belajar bahasa asing.
Keadaan ini justru sangat menghawatirkan. Kemudahan yang diberikan Google hingga bahasapun mereka sangggup terjemahkan, akan berdampak pada anak-anak kita enggan untuk belajar bahasa lain. Sementara pihak pengguna Bahasa Inggris adalah negara-negara maju dalam bidnag teknologi. Kepentingan untuk belajar teknologi seharusnya lebih bnayak disediakan dalam literatur Bahasa Inggris, sehingga jika kita bergantung pada penerjemah sudah barang tentu informasi yang kita inginkan tidak akan lengkap. Artinya pihak asing yang memiliki niat tidak baik akan memiliki peluang memanipulasi informasi. Akibat dari penguasaan bahasa asing kita yang terbatas pihak lain yang hendak memanfaatkan dapat menggunakannya untuk melakukan penekanan-penekanan.
Belum lagi kebijakan strategis antar negara yang kemungkinan akan baik-baik saja dalam rangka kegiatan berbagi dan memberi, tetapi ada suatu intrik politis di balik itu dengan keterbatasan penggunaan Bahasa Inggris pada generasi kita ke depan. Intinya saya mau katakan, kepiawaian Google dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam memanjakan penggunannya dari Indonesia jangan sampai kita lalai dan abai. Karena hal tersebut dapat menjadi hal yang sangat berbahaya bagi kedamaian dan kenyamanan hidup. Pada akhirnya kita akan diperbudak oleh bahasa kita sendiri.
Strategi Google yang positif dalam memanjakan pengguna termasuk menggunakan Bahasa Indoensia perlu juga dicermati secara kritis. Aktifitas dan prinsip memberi dan berbagi seperti yang diusung oleh Google merupakan hal yang mulia dan manusiawi, tetapi hal tersebut akan menjadikan Google menjadi sangat dominan. Dominasi dan monopoli yang terlalu lama akan melahirkan kekuasaan dan penguasaan. Kekuasaan atas segala sumberdaya, hak akses terhadap privasi, merupakan ancaman.
Seorang tentara yang sedang berperang, tidak akan senang dan merasa takut ketika suasana medan perang sunyi dan senyap, karena di balik kesenyapan dan kesunyian biasanya adalah strategi musuh untuk melakukan penyergapan dari belakang.
0 Comments