Strategi Pedagogical Content
Kurikulum pendidikan dasar yang memuat 9 muatan pelajaran yang harus dikuasai yaitu 1 Agama, 2, PKn, 3. Bahasa Indonesia, 4. Matematika, 5 IPA, 6. IPS, 7. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, 8. Pendidikan Budaya, Keterampilan dan Prakarya, dan 9. Muatan Lokal. Sebaran muatan pelajaran seperti tertuang dalam Kurikulum 2013 ini, mengharuskan guru memiliki konsep materi dengan cakupan luas. Maka orientasi guru dalam membelajarkan siswa sekolah dasar adalah dari sisi Strategi Pedagogical Content adalah bagaimana guru dapat membelajarkan materi pada muatan pelajaran sehingga proses belajar menjadi efektif dan hasil belajar meningkat.
Pendidikan di sekolah dasar sesuai dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menempatkan aspek sikap dengan proporsi 60% dari aspek kompetensi konten materi yang harus dibelajarkan. Berdasarkan hal itu hal yang perlu diperhatikan dari sisi Pedagogical Content adalah bagaimana guru dapat melaksanakan proses belajar siswa melalui muatan pelajaran tersebut sehingga dapat mengembangkan dan memantapkan sikap seperti yang dikemukakan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim yaitu 1) Kejujuran (Being honest with all People); 2) Disiplin keras (Being well-disciplined); 3) Mudah bergaul (Getting along with People); 4)Dukungan pendamping (Having a supportive spouse); 5) Kerja keras (Working harder than most people); 6) Kecintaan pada yang di kerjakan (Loving my career/business); 7) Kepemimpinan (Having strong Leadership qualities); 8) Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/Personality); 9) Hidup teratur (Being very well-Organized); 10) Kemampuan menjual Ide (Having an ability to sell my Ideas/Products)
Strategi Pedagogical Content dalam implementasi pembelajaran lebih fokus memperhatikan aspek keterampilan guru mengajar dalam hal pengelolaan konten materi pelajaran. Guru hendaknya dapat mengelola pembelajaran dengan seninya masing-masing dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan menyesuaikannya dengan karakteristik dan kedalaman materi pelajaran yang sedang dibelajarkan.
Pengelolaan pembelajaran di sekolah dasar dengan pendekatan tematik integratif, dari sisi strategi pedagogical content menempatkan ancaman dan tantangan sebagai antisipasi awal dalam melakukan perencanaan sebelum rencana pembelajaran disusun dan dieksekusi di kelas. Fokus konten materi yang akan dibelajarkan pada pendekatan Pedagogical Content merujuk pada bagaimana luas dan kedalaman materi ajar tersebut dapat diterapkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Berbagai pertimbangan harus senantiasa menjadi pemikiran kita. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat diajukan menjadi sebuah refleksi awal. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan sebagai bagian dari refleksi diri berdasarkan pengalaman masa lalu atau prediksi masalah yang akan terjadi senantiasa harus diajukan guru sebelum memulai proses perencanaan.
Pertanyaan yang diajukan kepada diri sendiri itu seperti misalnya : 1) Apakah saya telah memahami materi pembelajaran yang akan dibelajarkan pada siswa?; 2) Bagaimanakah kesiapan siswa belajar matari tersebut saat ini?; 3) Apakah saya mampu menyiapkan perangkat pembelajaran dengan pendukungnya sesuai materi tersebut?; 4) Apakah strategi itu nanti akan dapat mengkatifkan proses pembelajaran sehingga terbentuk sikap seperti spiritual, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas yang disesuaikan dengan konten materi yang dibelajarkan?; 5) Bagaimana saya akan menyusun rancangan pembelajarannya berdasaarkan konten materi tersebut?’ 6) Bagaimana saya dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan belajar materi tersebut nantinya?’ 7) Bagaimana strategi saya dalam melakukan refleksi pembelajaran terhadap materi tersebut ketika pembelajaran berakhir? Bagaimana tingkat kedalaman dan keluasan materi yang akan kita sajikan kepada siswa?
Melalui pertanyaan-pertanyaan itu kita akan dipandu dalam menganalisis materi pelajaran yang selanjutnya disesuaikan dengan strategi yang tepat, menentukan bahan, menentukan tujuan pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan, menentukan dan merumuskan alur pembelajaran, merumuskan alat ukur untuk dapat mengatahui sejauhmana keberhasilan pembelajaran dapat dilakukan, dan menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan refleksi pembelajaran yang wajib dilaksanakan dalam setiap penyelenggaraan pembelajaran.
Kegiatan menyusun langkah pembelajaran dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kedalaman dan keluasan materi ajar sesuai dengan jenjang kelasnya. Kemampuan pedagogi guru dalam pengelolaan materi pembelajaran sangat terkait dengan keluasan dan kedalaman materi pembelajaran yang hendak dibelajarkan pada siswa.
Karakteristik konten materi yang hendak dibelajarkan harus mempertimbangkan aspek keluasan dan kedalaman matari seperti gambar bagan di atas. Sebagian besar materi pembelajaran di sekolah dasar merupakan pengetahuan tingkat dasar tentang fakta, konsep dan generalisasi, yang kita kondisikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat kita rangsang untuk dapat melakukan proses berpikir menalar.
Aspek menalar merupakan salah satu keterampilan abad 21 di era Revolusi Industri 4.0 yang sangat diperlukan. Aspek keterampilan tersebut yaitu keterampilan berpikir kritis, keterampilan kreatif dan inovatif, keterampilan komunikatif dan keterampilan kolaboratif. Kita juga harus berpkir sebelum menuangkan ide pelaksanaan pembelajaran ke dalam langkah-langkah pembelajaran terkait keterampilan seperti disebutkan di atas.
Konten materi pelajaran yang akan diajarkan pada siswa yang mempertimbangkan hal tersebut didahului oleh penetapan tujuan pembelajaran. Melalui perumusan tujuan pembelajaran selanjutnya kita dapat menentukan keluasan dan kedalaman materi yang akan kita sediakan kepada siswa. Konten materi pelajaran yang sering kita sediakan dalam bentuk bahan ajar cenderung lebih fokus pada perkembangan aspek kognitif siswa.
Aspek kognitif merupakan hal yang sangat penting menjadi bahasan dalam konten materi yang akan di ajarkan. Pertimbangan dalam penyusunan konten materi yang akan dibelajarkan diadakan dalam bentuk bahan ajar yaitu terkait dengan tingkat kedalaman dan keluasan materi dalam aspek kognitif dipilah menjadi dimensi proses kognitif dan dimensi pengatahuan. Dimensi proses kognitif terdiri dari jenjang pemahaman kogitif yaitu mulai dari dimensi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sementara aspek dimensi pengetahuan tersusun atas jenjang pengetahuan faktual, prosedural, konseptual dan metakognitif. Semakin tinggi tingkatan proses kognitif yang diinginkan maka semakin mendalam dan semakin kompleks proses berpikir yang diinginkan. Hal ini juga berlaku pada dimensi pengetahuan yang diinginkan, jika semakin kompleks dimensinya maka semakin kompleks dan semakin holistik sifat dari pengetahuan yang dipelajari siswa.
Dimensi pengetahuan yang dibelajarkan pada siswa mengandung beberapa jenjang dari yang sederhana hingga ke kompleks yang dapat disesuaikan dengan tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan.
Pembelajaran saat ini hendaknya fokus pada proses aktif, kognitif dan konstruktif yang tergabung dalam pembelajaran yang bermakna. Siswa dalam hal ini berperan sebagai individu yang aktif dalam setiap Pembelajarannya; mereka dapat memilih informasi yang dibangun oleh pengertian mereka sendiri dari informasi yang dipilih tersebut. Siswa bukan penerima yang pasif, merekam informasi yang didapat dari orang tuanya, guru, buku teks ataupun media saja. Perubahan dari pandangan pasif ke belajar kognitif dan perspektif konstruktif yang menekankan kepada siswa tentang cara mengetahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) mengenai apa yang mereka pikirkan telah atau sedang terjadi di kehidupan nyata.
Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi kognitif, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum, yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif.
- Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para ahli dalam mengkomunikasikan disiplin akademik, pemahaman, dan penyusunan dimensi pengetahuan secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang bekerja pada disiplin ilmu tertentu yang membutuhkan perubahan dari satu aplikasi ke aplikasi lain.
Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus siswa ketahui ketika mereka harus mencapai atau menyelesaikan suatu masalah. Elemen-elemen ini biasanya dalam bentuk simbol-simbol yang digabungkan dalam beberapa referensi nyata atau ‘rangkaian simbol’ yang membawa informasi penting. Pengetahuan faktual (factual knowledge) yang meliputi aspek-aspek:
- Pengetahuan Istilah
Pengetahuan istilah meliputi pengetahuan khusus label-label atau simbol-simbol verbal dan non verbal (contohnya kata-kata, bilangan-bilangan, tanda-tanda, gambar-gambar). Setiap materi berisi sejumlah label-label atau simbol-simbol verbal dan non verbal yang memiliki referensi khusus.
Contohnya :
Pengetahuan tentang alfabet, Pengetahuan tentang syarat-syarat keilmuan, Pengetahuan tentang kosakata melukis, Pengetahuan tentang akunting, Pengetahuan tentang simbol-simbol dalam peta dan bagan. Pengetahuan tentang simbol-simbol yang digunakan untuk mengindikasikan pengucapan kata-kata yang tepat.
- Pengetahuan Khusus dan Elemen-Elemennya
Pengetahuan khusus dan elemen-elemennya berkenaan dengan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan sebagainya. Pengetahuan khusus ini juga meliputi informasi yang spesifik dan tepat, contohnya saja tanggal yang benar dari suatu kejadian atau fenomena dan perkiraan informasi, seperti periode waktu suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi.
Contohnya:
0 Comments