Menjadi Guru Mempesona

Published by TeacherCreativeCorner on

9. Simpatik

Pesona seorang guru, seringkali juga terbentuk karena sikap dan perilaku simpatiknya kepada siswa. Simpatik berarti ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Dalam konteks relasi guru dan siswa dapat berarti bahwa guru yang simpatik adalah guru yang selalu berusaha untuk ikut merasakan apa yang dirasakan siswanya, baik itu berkaitan dengan rasa sedih maupun kegembiraan. Guru yang demikian ini akan memiliki daya tarik bagi siswanya, karena tindakan simpatik guru menjadikan siswa seperti memiliki tempat untuk berbagi. Perilaku simpatik guru dapat juga diwujudkan dalam aktivitas selalu memberikan motivasi bagi siswanya, baik pada saat siswa mengahadapi masalah maupun saat meraih prestasi. Sebagai sebuah ilustrasi, seandainya kita diminta mengenang guru-guru kita, maka kenangan yang muncul tidak selalu perihal materi pembelajarannya, namun bagaimana wejangan, nasihat, atau motivasinya yang membuat kita terpesona sehingga terkenang sebagai ingatan yang sangat kuat. Untuk menjelaskan hal ini, sebagai contoh kita dapat melihat dalam pemodelan ilusif namun kongkret dalam wujud seorang guru bernama Bu Muslimah dalam film “Laskar Pelangi”, atau Miss. Katherine Watson dalam film “Monalisa Smile”. Di dalam dua film tersebut, sosok guru mampu mempesona para siswanya, karena menampilkan pendekatan humanis dalam pembelajaran. Bahwa proses belajar mengajar adalah interaksi antar manusia, dalam konteks ruang dan waktu yang menyeluruh, tidak hanya berbatas kelas. Oleh karena itu tanggung jawab guru adalah tanggung jawab kemanusiaan pada para siswanya. Kesadaran inilah yang mengantarkan kedua guru di film tersebut untuk selalu bertindak simpatik dan memotivasi para siswanya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada akhirnya, terkadang pesona seorang guru tidak hanya dibentuk oleh bagaimana ia menguasai materi atau terampil mengajar saja, namun juga terkait bagaimana ia bisa tampil sebagai sosok humanis yang mengasihi para siswanya dan selalu memberikan motivasi bagi siswanya untuk menjadi yang terbaik.

Pengembangan sikap dan perilaku simpatik dalam diri mahasiswa PPL PPG dapat dilakukan dalam interaksi mahasiswa dengan para siswa di sekolah, baik saat proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Bapak/Ibu dosen/instruktur dapat mengembangkan sikap dan perilaku simpatik mahasiswa PPL dengan meminta mereka untuk membuka komunikasi yang intensif dengan siswa, dan bersedia mendengarkan berbagai curahan hati dari para siswanya. Dengan tindakan ini siswa akan merasa memiliki teman untuk berbagi di sekolah. Perasaan kedekatan tersebut akan membuat siswa tertarik dan kagum pribadi guru (mahasiswa PPL) tersebut.

10. Santun

Santun memiliki arti halus dan baik, kehalusan dan kebaikan tersebut mencakup dalam budi bahasa maupun tingkah lakunya (https://kbbi.web.id/santun). Santun juga merupakan aspek yang dapat membangun pesona seorang guru. Kesantunan akan tampak pada saat guru melakukan pergaulan dan menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Kehalusan dalam bertutur kata dan perilaku yang baik akan menjadikan guru menarik perhatian lingkungannya dan menjadikan dirinya mendapatkan citra diri positif.  Aspek kesantunan juga memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Di media massa beberapa waktu lalu dapat kita peroleh informasi mengenai peristiwa negatif yang terjadi sebagai ekses dari permasalahan kesantunan dalam pembelajaran.

Misalnya siswa yang depresi karena diperingatkan guru dengan perkataan yang kasar dan keras, siswa yang berbalik menyerang guru karena dihukum dan diejek, hingga orang tua siswa yang menuntut guru secara hukum karena merasa anaknya diperlakukan tidak pantas. Terlepas dari siapa yang akhirnya diputus bersalah, dari
peristiwa tersebut dapat diambil hikmah yang penting bahwa kesantunan dalam berkomunikasi dan bertindak menjadi kunci penting untuk menjaga kehormatan guru.  Akan sulit bagi masyarakat untuk membayangkan seorang guru yang tidak dapat bertutur dan berlaku santun. Kesantunan adalah standar moral yang dituntut
masyarakat atas profesi guru. Guru yang santun bukan berarti guru yang harus bertutur dan bertindak lemah lembut yang dibuat-buat (artifisial). Bukan pula berarti guru yang harus selalu mengalah pada siswanya. Guru yang santun adalah guru yang selalu berusaha mengirimkan pesan kebaikan dengan cara yang baik dan penuh kelembutan hati. Kesungguhan hati untuk selalu menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik inilah yang menjadi daya pikat bagi para siswanya. Oleh karena itu, dalam kegiatan PPL PPG mahasiswa hendaknya dapat berlatih untuk membiasakan bertutur dan bertindak santun, baik saat berinteraksi dengan siswa maupun dengan kolega guru yang lain.

11. Berakhlak Baik

Sebagai teladan bagi siswanya seorang guru dituntut memiliki akhlak yang  baik. Akhlak secara etimologis memiliki makna budi pekerti atau perilaku. Jadi akhlak yang baik berarti perilaku yang terpuji. Guru yang berakhlak baik adalah guru yang berperilaku terpuji dan memiliki adab yang baik serta tidak melakukan tindakan yang buruk yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, hingga norma hukum. Akhlak baik seorang guru terlihat dari perilaku kesehariannya yang tidak menyimpang dari norma-norma tersebut. Bahkan guru dengan akhlak yang baik akan selalu menebarkan kebaikan dan mengajak lingkungannya untuk menjadi lebih baik. Tebaran dan ajakan kebaikan tersebut tidak saja muncul dalam perkataan sang guru, namun juga muncul dalam perilaku yang patut diteladani. Dalam keseharian, akhlak yang baik dapat dilihat dari cara guru menjalin keseimbangan hubungan dengan Sang Pencipta, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungannya. Berbagai kebaikan yang terefleksikan dalam perilaku guru inilah yang berpotensi menarik perhatian dan mempesona siswa, sehingga para siswa berkeinginan mencontoh sang guru.  Salah satu hal yang penting ditekankan kepada mahasiswa PPL PPG adalah menampilkan akhlak yang baik di sekolah. Untuk itu Bapak/Ibu dosen/instruktur harus selalu mengingatkan mahasiswa PPL PPG agar berperilaku baik dan menjaga adab ketika berada di lingkungan sekolah. Langkah mendasar yang dapat dilakukan Bapak/Ibu dosen/instruktur yakni meminta mahasiswa PPL untuk mempelajari tata tertib dan norma lain yang ada di sekolah tersebut. Dengan berpedoman pada tata tertib dan aturan yang berlaku di sekolah, mahasisiwa PPL dapat menampilkan perilaku yang baik sesuai standar yang diinginkan sekolah tempat PPL. Dampak lanjutan dari kepatuhan tersebut adalah tampilnya perilaku yang baik dan dapat menjadi teladan bagi para siswa.

12. Arif dan Bijaksana

Arif dan bijaksana merupakan sikap yang selalu mengedepankan pertimbangan pemikiran untuk mengambil keputusan yang tepat sehingga mendatangkan kebaikan. Sikap ini penting untuk dikembangkan seorang guru agar segala keputusan yang diambil dapat berdampak baik. Dalam kegiatan mengajar maupun kegiatan di luar mengajar, seorang guru seringkali dihadapkan pada berbagai persoalan yang mengharuskan dirinya mengambil keputusan. Seorang guru yang arif dan bijaksana akan berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan karena mempertimbangkan dampak dari keputusan tersebut. Dengan kebijaksanaan tersebut guru berusaha untuk menghadirkan dampak yang terbaik dari keputusannya.  Guru yang arif dan bijaksana akan memiliki daya tarik bagi siswanya, karena para siswa percaya bahwa setiap keputusan yang dibuat sang guru akan memberikan kebaikan dan memenuhi rasa keadilan. Siswa akan merasa nyaman bersama guru tersebut karena yakin hak mereka akan dihormati, dihargai, dan dilindungi. Kepercayaan ini akan membangun rasa tertarik dan kagum siswa terhadap gurunya. Sikap arif dan bijaksana yang ditampilkan guru adalah keteladanan yang baik untuk para siswa. Sebagai insan pembelajar siswa idealnya mendapatkan contoh menggunakan pertimbangan pemikiran dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dapat dilatihkan pada diri siswa melalui aktivitas pengambilan keputusan yang partisipatif dan melibatkan keberagaman pandangan dari siswa. Melalui pelibatan siswa dalam berlatih mengambil keputusan bersama, para siswa akan merasa dihargai dan tumbuh daya tarik kepada sang guru.  Sikap arif dan bijaksana dalam diri seorang guru terbentuk melalui pembiasaan secara bertahap dan membutuhkan waktu yang panjang. Oleh karena itu, dalam kegiatan PPL PPG, sikap arif dan bijaksana tidak langsung dapat dibentuk dalam diri mahasisiwa. Diperlukan “jam terbang” di sekolah yang lebih panjang agar mahasiswa terbiasa mempertimbangkan berbagai hal untuk mengambil keputusan. Dosen/instruktur dapat memberikan motivasi dan selalu mengingatkan mahasiswa
agar mempertimbangkan berbagai variabel dan dampaknya pada saat akan mengambil keputusan. Artinya, pengembangan sikap arif dan bijaksana harus ditopang oleh keterampilan mahasiswa dalam berpikir prediktif dan kreatif.

13. Pribadi yang Mantap

Pembentukan guru yang memesona memiliki kaitan dengan kepribadian guru yang mantap. Pribadi yang mantap di sini memiliki arti bahwa keprofesian guru adalah benar-benar pilihan hidup baginya, yang didasarkan pada panggilan jiwa dan memiliki niatan tulus untuk mengabdikan diri untuk kemajuan pendidikan. Pribadi
yang mantab ini akan mendorong seorang guru menjalani profesinya dengan kesepenuh-hatian, dengan kesungguhan, sehingga merasa bertanggung jawab pada kualitas proses maupun hasil pendidikan yang dikelolanya.  Kesungguhan dan kesepenuhhatian guru akan mendorong dirinya menjalankan profesinya dengan penuh kebanggaan dan tanggung jawab. Ia tidak akan menjadikan profesi guru sebagai tugas sambilan atau merasa rendah diri dengan profesi tersebut. Kebanggan dan tanggung jawab tersebut diwujudkannya dalam bentuk memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan dalam pembelajaran yang mendidik siswanya. Kebanggaan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya membuat guru selalu berusaha menampilkan performa maksimal dalam mengajar karena ingin mencapai hasil terbaik. Usaha tersebut tentu saja berdampak pada kualitas pembelajaran yang selalu terjamin baik. Kualitas pembelajaran yang baik inilah yang akhirnya menjadikan guru tersebut selalu menarik dan mengagumkan di hadapan para siswanya.  Salah satu tujuan kegiatan PPL PPG adalah membentuk guru yang berpribadian mantap yang benar-benar meniatkan dirinya menjadi seorang pendidik dan memiliki kebanggan akan profesi tersebut. Tugas Dosen/instruktur adalah mendampingi dan memberikan motivasi kepada mahasiswa PPL PPG untuk semakin menguatkan niat menjadi guru sebagai sebuah panggilan jiwa. Motivasi dapat diberikan kepada mahasiswa dalam berbagai sesi kegiatan PPL, baik pada saat pra mengajar hingga saat refleksi setelah mengajar. Melalui motivasi tersebut mahasiswa diharapkan dapat sampai pada kesadaran diri bahwa menjadi guru adalah sebuah profesi mulia, yang mensyaratkan adanya niat yang tulus, serta berkonsekuensi pada tanggung jawab moral dan sosial. Dengan strategi pendampingan Bapak/Ibu dosen/instruktur yang tepat dan intensif diharapkan kemantaban diri mahasiswa untuk menjadi seorang guru dapat dirintis sejak dini.

14. Jujur

Guru yang menarik perhatian siswa salah satunya dibentuk oleh sifat dan  perilaku guru yang jujur. Jujur berarti miliki sifat yang lurus hati, tidak suka berbohong, dan berkata apa adanya. Siswa menyukai guru yang jujur karena dengan kejujuran tersebut siswa merasa mendapatkan jaminan bahwa segala informasi yang dikatakan oleh guru memiliki nilai kebenaran. Perilaku guru yang jujur juga terefleksikan dalam perilaku pada saat guru membuat janji selalu ditepatinya. Hal inilah yang membuat siswa senang karena tidak diberi harapan kosong oleh janji-janji guru. Misalnya saat proses pembelajaran berlangsung kadangkala guru menjanjikan reward atau hadiah dan sejenisnya. Bila hal tersebut ditepati ia tentu mendapat apresiasi dan perhatian dari siswanya. Namun bila guru mencederai janji reward tersebut, maka akan terbangun persepsi dalam diri siswa bahwa sang guru suka berbohong.

Berdasarkan kenyataan di atas, penting bagi seorang guru untuk membiasakan diri jujur dalam berinteraksi dengan berbagai pihak, khususnya dengan siswa. Siswa menganggap guru adalah sumber kebenaran, jadi jangan sampai informasi dan pengetahuan yang tidak terkonfirmasi kebenaranya disampaikan kepada siswa karena hal tersebut akan menyebabkan terjadinya salah konsep dan reproduksi kebohongan. Jika dalam suatu persitiwa pembelajran terdapat beberapa permasalahan atau pertanyaan siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru, maka lebih baik guru jujur bahwa informasi tersebut belum diperoleh guru dan akan dijawab pada pertemuan berikutnya. Siswa akan merasa nyaman dan senang jika guru mengatakan sesuatu sesuai dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya, terbuka, dan tidak menyimpan dusta.  Dalam membimbing mahasiswa PPL PPG agar menjadi pribadi guru yang jujur Dosen/instruktur dapat meminta mahasiswa untuk menyiapkan semua rujukan informasi yang digunakan dalam pembelajaran. Berbagai rujukan informasi tersebut idealnya dikaji kembali kebenaranya melalu perbandingan sumber sehingga diperoleh informasi yang valid untuk dijadikan materi pembelajaran. Strategi konfirmasi ini penting untuk memastikan bahwa informasi yang diterima siswa terjamin kebenarnnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, mahasiswa PPL juga diminta untuk konsekuen bila sudah menjanjikan sesuatu kepada siswa. Usahakan tidak membuat janji jika tidak mampu menepatinya.


6 Comments

Refleksi – SDN 7 SUBAGAN · May 14, 2020 at 12:28 am

[…] Menjadi Guru Mempesona […]

Peer Teaching – SDN 7 SUBAGAN · May 14, 2020 at 12:29 am

[…] Menjadi Guru Mempesona […]

Evaluasi Pembelajaran – SDN 7 SUBAGAN · May 14, 2020 at 12:30 am

[…] Menjadi Guru Mempesona […]

Merancang Langkah Pembelajaran – SDN 7 SUBAGAN · May 14, 2020 at 12:30 am

[…] Menjadi Guru Mempesona […]

Laporan Diklat Dosen/Instruktur PPG| Hari II ~ 12 Mei 2020 Kelas 22 – SDN 7 SUBAGAN · May 15, 2020 at 10:07 pm

[…] Menjadi Guru Mempesona […]

Pembimbingan Praktik Keprofesionalan Mengajar – SDN 7 SUBAGAN · May 15, 2020 at 10:27 pm

[…] KB 3 Menjadi Guru Mempesona […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: